19 January 2014

Komunikasi Dalam Triage

Komunikasi Dalam Triage


Instalasi Gawat Darurat seringkali merupakan unit dengan aktifitas tinggi dan emosional, dan ini bisa terjadi di triage. Bayangkan sebuah IGD yang sibuk pasien berbaris di depan meja, ambulans membawa banyak pasien pada brancard, keluarga dan anak-anak menangis, anak-anak dan staf yang lain mencari saran dan informasi. Perawat Triage sering berhubungan dengan semua kondisi tersebut, dan harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan kerabat, petugas ambulans, tenaga perawat medis dan lainnya, dan staf administrasi dan pengunjung, serta membentuk suatu proses komunikasi fungsional untuk memungkinkan penilaian pasien efektif.
Sebagai klinisi triage, anda harus membuat penilaian berbasis kebutuhan berdasarkan informasi yang diperoleh selama pemeriksaan triage. Komunikasi yang efektif adalah penting untuk memperoleh informasi yang akurat, sehingga dapat membuat penilaian yang akurat pada waktunya. Saat masalah terjadi dalam proses komunikasi kemampuan perawat triage untuk mengumpulkan informasi dapat terganggu. Sangat penting bagi perawat triage untuk menyadari potensi hambatan komunikasi yang efektif dalam lingkungan triage dan untuk meminimalkan dampak tersebut pada pelaksanaan triage.
Jadi apa yang kita lakukan jika komunikasi verbal tidak mungkin, seperti dalam kasus seorang pasien yang tidak sadarkan diri ? Dalam kondisi demikian mempunyai dasar keterampilan dalam pemeriksaan fisik adalah yang terpenting, sebagai cara pengumpulan data yang digunakan untuk mengidentifikasi prediktor fisiologis, dan dengan demikian menentukan tingkat urgensi menjadi metode triage utama. Ingat juga bahwa dalam beberapa kasus komunikasi melalui orang ketiga seperti pengasuh, kerabat atau penterjemah dapat berkontribusi dalam proses penilaian. Dalam kasus seperti itu komunikasi juga mungkin menantang dimana pesan yang dikirim dari orang ketiga adalah interpretasi mereka sendiri, yang dapat beresiko menjadi hambatan dalam komunikasi.
Komunikasi adalah proses mengirim dan menerima pesan antar individu dalam konteks dinamis. Setiap individu membawa tanggung jawab sebagai pengirim maupun penerima pesan. Seluruh proses komunikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor dan stimulus.
Ada beberapa isu penting terkait dengan pasien, perawat dan lingkungan yang dapat berdampak pada kompleksitas dari proses komuniksi. Komunikasi literature umumnya mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi seperti kebiasaan-kebiasaan  eksternal atau kebisingan fisik, internal atau kebisingan psikologis, sumantik atau kebisingan interpretasional. Salah satu yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa pasien mungkin mengalami kesulitan memenuhi tanggung jawab mereka sebagai pengirim dan penerima komunikasi, karena ‘kebisingan’ yang terjadi dalam triage. Ini berarti bahwa perawat Triage akan sering membawa tanggung jawab untuk mengenali dan mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi baik dari diri mereka maupun pasien.

Faktor-Faktor Yang Berdampak Pada Proses Komunikasi Di Triage

Proses komunikasi yang komplek selalu terjadi dalam berbagai faktor yang mempengaruhi. Semakin Perawat Triage memahami faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi, komunikasi akan lebih baik dan data yang berkualitas dapat dikumpulkan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain:
• Lingkungan fisik: adanya hambatan seperti kaca, meja, kurangnya privasi, kebisingan yang mengganggu dan pergerakan orang di area tersebut, semuanya akan berdampak pada proses komunikasi di triage.Hal ini sering memerlukan upaya ekstra yang dilakukan oleh perawat Triage untuk dapat mengatasi hambatan, dan meyakinkan pasien bahwa komunikasi mereka dengan perawat adalah bersifat pribadi, menyeluruh dan rahasia.
• Kendala Waktu: Penilaian triage umumnya harus tidak lebih dari dua sampai lima menit agar terjadi keseimbangan antara kecepatan dan ketelitian .
• Penggunaan Bahasa: Penggunaan jargon, baik itu jargon medis atau ‘bahasa jalanan‘, dapat mengakibatkan terjadi salah tafsir antara dua yang berbicara bahasa yang berbeda
• PerilakuNon-verbal: Bahasa tubuh, ekspresi wajah dan nada suara pada pasien dan perawat selama proses komunikasi merupakan aspek penting dalam komunikasi.
• Keragaman budaya: Ini termasuk perbedaan umur, jenis kelamin, etnis, bahasa, agama, status sosial ekonomi dan pengalaman hidup.
• Sifat masalah kesehatan: Masalah Kesehatan yang sangat sensitif, hal memalukan atau menimbulkan kecemasan akan rnempengaruhi cara informasi dikomunikasikan baik oleh pasien dan Perawat Triage.
• Harapan dan asumsi : individu datang ke triage dengan harapan sesuatu akan terjadi. Harapan ini dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang urgensi masalah kesehatan dan pengalaman masa lalu mereka terhadap pelayanan kesehatan, dan kadang-kadang tidak realistis. Keakraban Perawat Triage dengan lingkungan triage dan dengan lingkungan pasien dapat memberikan pengaruh positif dan negatif. Meskipun pengaruh tersebut dapat membantu dalam pengenalan gejala awal, hal itu dapat berpotensi menyebabkan asumsi yang tidak tepat dan bias.
•  Emosi: individu  termasuk pasien dan perawat  bereaksi terhadap stres dan kecemasan dengan cara yang berbeda dan dengan berbagai intensitas. Reaksi ini dapat berdampak pada kemampuan seseorang untuk memberikan informasi yang koheren dan kemampuan mereka untuk menjawab pertanyaan dengan jelas. Kemampuan Perawat Triage untuk tetap tenang dan mencapai komunikasi yang efektif dalam lingkungan ini sangat penting.

Tantangan Yang Dihadapi Dalam Komunikasi

Sering kali, orang datang dengan perilaku yang menghambat komunikasi yang tanpa disadari menyatakan bahwa orang tersebut seorang yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya. Memahami apa yang mendasari perilaku menentang komunikasi, secara bersama-sama dengan menyadari perilaku yang memicu respons emosional dalam diri mereka, dapat membantu perawat Triage untuk merespon balik perilaku itu sendiri.
Mengembangkan strategi dasar untuk menafsirkan perilaku komunikasi secara cepat dapat membantu dalam meminimalkan dampak perilaku yang menghambat komunikasi pada saat penilaian triage.

START (Simple Triage And Rapid Treatment) / METTAG (Triage Tagging Sistem)

Filosofi

Filosifi yang mendasari penggunaan Triage START (Simple Triage and Rapid Treatment) didasarkan pada nilai-nilai keadilan dan efisiensi dalam pelayanan kesehatan. Sistem triage telah dirancang untuk memberikan penilaian dan intervensi medis yang tepat waktu untuk semua orang yang datang ke IGD. Dampak dari kerangka ini adalah secara prinsip bahwa baik itu secara klinis atau etis adalah tidak wajar untuk membiarkan pasien menunggu lebih lama dari dua jam untuk memperoleh perawatan medis di IGD.

Aplikasi

Penerapan sistem Triage START (Simple Triage and Rapid Treatment) ditopang oleh perumusan keluhan utama, yang diidentifikasi dari riwayat penyakit singkat dari penyakit dan cedera saat ini. Keputusan Triage menggunakan skala yang dibuat berdasarkan observasi penampilan umum, fokus pada riwayat klinis dan data fisiologis. Klinisi yang melakukan peran harus memiliki pengalaman dalam penilaian dan penanganan berbagai penyakit dan cedera. Mereka juga harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan organisasi untuk melakukan peran. Penilaian kesesuaian mereka untuk melakukan peran ini juga harus dinilai secara individu secara konsisten dan mandiri dalam membuat keputusan klinis dalam kondisi yang dibatasi waktu.

Hasil Triage

Evakuasi

START atau Simple Triage and Rapid Treatment mengidentifikasi pasien mana yang memerlukan tindakan secepatnya.
Di lapangan, triage juga melakukan penilaian prioritas untuk evakuasi ke rumah sakit. Pada sistem START, pasien dievakuasi sebagai berikut :
- Pasien meninggal (hitam) ditinggalkan di posisi dimana mereka ditemukan, sebaiknya ditutup. Pada pemantauan START, seseorang dianggap meninggal bila tidak bernapas setelah dilakukan pembersihan jalan napas dan percobaan napas buatan.
- Immediate atau prioritas 1 (merah), dievakuasi dengan menggunakan ambulance dimana mereka memerlukan penanganan medis dalam waktu kurang dari 1 jam. Pasien ini dalam keadaan kritis dan akan meninggal bila tidak ditangani segera.
- Delayed atau prioritas 2 (kuning), evakuasinya dapat ditunda hingga seluruh prioritas 1 sudah dievakuasi. Pasien ini dalam kondisi stabil namun memerlukan penanganan medis lebih lanjut.
- Minor atau prioritas 3 (hijau), tidak dievakuasi sampai prioritas 1 dan 2 seluruhnya telah dievakuasi. Pasien ini biasanya tidak memerlukan penanganan medis lebih lanjut setidaknya selama beberapa jam. Pasien ini dapat berjalan, dan umumnya hanya memerlukan perawatan luka dan antiseptik. Lanjutkan re-triage untuk mencegah terlewatnya perburukan kondisi.

Triage Sekunder (dalam rumah sakit)

Pada sistem triage START lanjutan, triage sekunder dilakukan oleh paramedis atau perawat terlatih di Instalasi Rawat Darurat rumah sakit selama terjadinya bencana. Pasien dipilah menjadi 4 kelompok :
-  Hitam / expectant : pasien dengan cedera berat yang dapat meninggal karena cederanya, mungkin dalam beberapa jam atau hari selanjutnya. Luka bakar luas, trauma berat, radiasi dosis letal, atau kemungkinan tidak dapat bertahan hidup karena dalam krisis yang mengancam nyawa walaupun diberikan penanganan medis (cardiac arrest, syok septik, cedera kepala berat atau dada). Pasien ini sebaiknya dimasukkan dalam ruangan rawat dengan pemberian analgetik untuk mengurangi penderitaan.
- Merah / immediate : pasien yang memerlukan tindakan bedah segera atau tatalaksana lain untuk menyelamatkan nyawa, dan sebagai prioritas utama untuk tim bedah atau ditransport ke rumah sakit yang lebih lengkap. Pasien ini dapat bertahan hidup bila ditangani sesegera mungkin.
-  Kuning /  observation : kondisi pasien ini stabil sementara waktu namun memerlukan pengawasan dari tenaga medis terlatih dan re-triage berkala serta perawatan rumah saki.
-  Hijau / wait (walking wounded) : pasien ini memerlukan perhatian dokter dalam beberapa jam atau hari kemudian namun tidak darurat, dapat menunggu hingga beberapa jam atau dianjurkan untuk pulang dan kembali ke rumah sakit keesokan harinya (misal pada patah tulang sederhana, luka jaringan lunak multipel).
Penderita yang mengalami kelumpuhan, walaupun tidak mengancam nyawa, dapat menjadi prioritas pada keadaan IRD yang sudah tenang. Selama masa ini juga, kebanyakan trauma amputasi dapat dianggap sebagai “merah” karena tindakan bedah perlu dilakukan dalam beberapa menit walaupun luka amputasi ini tidak mengancam  nyawa.

Waktu Sampai Mendapat Pengobatan

Kriteria waktu yang melekat pada kategori  START menggambarkan waktu maksimum yang ideal dan aman bagi pasien untuk bisa menunggu untuk memperoleh pemeriksaan medis dan pengobatan. Sejauh mana kriteria ini dapat dipenuhi secara rutin dievaluasi berdasarkan standar kinerja yang direkomendasikan secara nasional.

Model Triage di Unit Gawat Darurat

Beberapa model triage yang bisa dijadikan pedoman dalam memilah pasien di unit gawat darurat.
Australasian Triage Scale (ATS), sebelumnya National Triage Scale (NTS)
National Triage Scale (NTS) telah dilaksanakan pada tahun 1993, menjadi sistem triage pertama yang digunakan unit gawat darurat rumah sakit pemerintah di seluruh Australia. Pada akhir 1990-an, NTS mengalami perbaikan dan kemudian berganti nama menjadi Australasia Triage Scale (ATS).
ATS memiliki lima katagori:
  • Immediately life-threatening (dengan segera mengancam nyawa atau kategori 1)
  • Imminently life-threatening (dalam waktu dekat akan mengancam nyawa atau kategori 2)
  • Potentially life-threatening or important time-critical treatment or severe pain (berpotensi mengancam nyawa atau perlu waktu penanganan yang segera atau nyeri berat atau kategori 3)
  • Potentially life-serious or situational urgency or significant complexity (berpotensi menjadi kondisi serius atau situasional urgensi atau tingkat kompleksitas yang signifikan atau kategori 4)
  • Less urgent/kurang mendesak atau kategori 5)

ATS telah disahkan oleh Australasian college Emergency Medicine dan diadopsi dalam indikator kinerja oleh the Australian Council on Healthcare Standards.

Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS)

Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS) secara resmi termasuk dalam kebijakan di seluruh Canada pada tahun 1997.The CTAS telah disahkan oleh Canadian Association of Emergency Physicians and the National Emergency Nurses Affiliation of Canada. Skala ini sangan mirip dengan ATS dalam hal tujuan waktu memperoleh penanganan, dengan pengecualian dari kategori 2, yang adalah <15 adalah="" ats="" dimana="" menit.="" menit="" p="">

Manchester Triage Scale (MTS)

Manchester Triage Scale (MTS) bersama-sama dikembangkan oleh Canadian Association of Emergency Physicians and the National Emergency Nurses Affiliation of Canada. MTS berbeda baik dengan ATS maupun CTAS dalam hal pendekatan berbasis algoritma untuk pengambilan keputusan. MTS menggunakan 52 flow chart yang membutuhkan pembuat keputusan untuk memilih algoritma yang tepat berdasarkan keluhan pasien, dan kemudian mengumpulkan dan menganalisis informasi sesuai dengan kondisi yang mengancam nyawa, rasa sakit, perdarahan, tingkat kesadaran, suhu, dan durasi tanda dan gejala.
MTS membutuhkan dokumentasi standar, dan pendekatan ini diyakini menghemat waktu yang diperlukan untuk dokumentasi. Selain itu, pendekatan ini dianggap sangat bermanfaat bagi perawat pemula karena proses pengambilan keputusan dilakukan dengan parameter yang sudah ditetapkan. Kesulitan penerapan MTS adalah membutuhkan sistem komputerisasi yang canggih.

Emergency Severity Index (ESI)

Emergency Severity Index (ESI) adalah suatu sistem kategorisasi triage yang didasarkan pada ketajaman pengobatan (Berapa lama seorang pasien harus diperiksa?) dan penggunaan sumber daya (Apa sumber daya yang cenderung diperlukan?). ESI telah disempurnakan pada beberapa kesempatan. ESI diketahui dapat diandalkan saat diuji dengan scenario khusus yang ditulis, dan saat ini sedang dipertimbangkan untuk digunakan di seluruh Amerika.

Simple Triage And Rapid Treatment START / Triage Tagging Sistem METTAG

Simple triage mengidentifikasi pasien mana yang memerlukan tindakan secepatnya. Immediate atau prioritas 1 (merah), pasien ini dalam keadaan kritis dan akan meninggal bila tidak ditangani segera. Delayed atau prioritas 2 (kuning), evakuasinya dapat ditunda hingga seluruh prioritas 1 sudah dievakuasi. Pasien ini dalam kondisi stabil namun memerlukan penanganan medis lebih lanjut.
Minor atau prioritas 3 (hijau), tidak dievakuasi sampai prioritas 1 dan 2 seluruhnya telah dievakuasi. Pasien ini biasanya tidak memerlukan penanganan medis lebih lanjut setidaknya selama beberapa jam. Lanjutkan re-triage untuk mencegah terlewatnya perburukan kondisi. Pasien ini dapat berjalan, dan umumnya hanya memerlukan perawatan luka dan antiseptik. Pasien meninggal (hitam) ditinggalkan di posisi dimana mereka ditemukan, sebaiknya ditutup. Pada pemantauan START, seseorang dianggap meninggal bila tidak bernapas setelah dilakukan pembersihan jalan napas dan percobaan napas buatan.

Ditulis Oleh : friend of the night ~ Bloger

aLZhiPPo Sobat sedang membaca artikel tentang Komunikasi Dalam Triage. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste dengan menggunakan Ctrl C dan menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya

:: Get this widget ! ::

No comments:

Post a Comment

Next Prev home
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Popular Posts