OKSIGEN
Kebutuhan Oksigenasi
Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsure
vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini iperoleh dengan cara
menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke
jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi,
kardiovaskuler dan keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai
dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan
kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi
demikian mengharapkan kompetensi perawat dalaam mengenal keadaan
hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah. Pemberian terapi O2
dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi masuknya O2 dari atmosfir hingga sampai
ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi.
Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian
O2, metode pemberian O2 dan bahaya-bahaya pemberian O2.
SALURAN PERNAFASAN
A. SALURAN PERNAFASAN ATAS
Fungsi : menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara yang dihirup.
Terdiri dari : hidung, faring, laring, epiglotis.
B. SALURAN PERNAPASAN BAWAH
Fungsi :
- menghangatkan udara
- membersihkan mukuosa cilliary
- memproduksi surfactan
Terdiri dari : Trachea, bronchus, paru
PERUBAHAN POLA NAPAS
Respirasi normal ( eupnea ) : diam, ritmic, dan sedikit usaha.
Tachypnea
Napas yang cepat, dijumpai pada demam, asidosis metabolik, nyeri, hipercapnea, anoxemia (penurunan O2 dalam darah).
Bradypnea
Napas yang lambat, dijumpai pada pasien yang mendapat morphie sulfat
(penyebab depresi respirasi), asidosis metabolik, dan pasien dengan
PTIK (peningkatan tekanan intrakranial, injuri otak).
Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi
alveoli, sebab jumlah udara dalam alveolimelebihi kebutuhan tubuh, yang
berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang dripoduksi.
Hypoventilasi
Ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh). Sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi
dapat terjadi sebagai akibat dari kolaps alveoli, obstruksi jalan napas,
atau efek samping dari beberapaobat.
Ritme respirasi abnormal yaitu :
Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari pernapasan lambat dan
akhirnya diikuti oleh periode apnea, o.k gagal jantung kongestif,
PTIK, dan overdosis obat.n yang sangat dalam,
Kussmaul’s ( hyperventilasi )
Peningkatan kecepatan dan kedalaman napas biasanya lebih dari 20 X
per menit. Dijumpai pada asidosis metabolik, dan gagal ginjal.
Apneustic
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
Biot's
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan
gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan
sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
TERAPI OKSIGEN
Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan
okasigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah :
(1) untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah,
(2) untuk menurunkan kerja nafas dan meurunkan kerja miokard.
Syarat-syarat pemberian O2 meliputi :
(1) Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol,
(2) Tidak terjadi penumpukan CO2,
(3) mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah,
(4) efisien dan ekonomis,
(5) nyaman untuk pasien.
Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.
INDIKASI PEMBERIAN O2
Indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :
(1) Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah,
(2) Klien dengan peningkatan kerja napas, dimana tubuh berespon
terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya
pernapasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernapasan.
(3) Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha
untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung
yang adekuat.
Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 dindikasikan
kepada klien dengan gejalA : (1) sianosis, (2) hipovolemi, (3)
perdarahan, (4) anemia berat, (5) keracunan CO, (6) asidosis, (7)
selama dan sesudah pembedahan, (8) klien dengan keadaan tidak sadar.
METODE PEMBERIAN O2
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem Aliran Rendah
Tehnik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara
ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada
tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2
sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2
tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya
klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20
kali permenit. Contoh sIstem aliran rendah ini adalah : (1) kateter
nasal, (2) kanula nasal, (3) sungkup muka sederhana, (4) sungkup muka
dengan kantong rebreathing, (5) sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
Keuntungan dan kerugian dari masing-masing sistem :
a. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan
aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam
kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
b. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinue atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%.
- Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula
nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup
berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12 L/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah
dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
d. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Merupakan teknik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99%
dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan
udara ekspirasi
- Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
- Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.
2. Sistem Aliran Tinggi
Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat
menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur.
Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari
tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk
mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya
udaraluar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.
Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 –
55%.
- Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat
dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan
kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2.
- Kerugian
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka
yang lain pada aliran rendah.
BAHAYA BAHAYA PEMBERIAN OKSIGEN
Pemberian O2 bukan hanya memberiakan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan
efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya
kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian O2 harus
menghindari : Merokok, membukan alat listrik dalam area sumber O2,
menghindari
penggunaan listrik tanpa “Ground”.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang
tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi
3. Keracunan O2
Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi tinggi
dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan
paru seperti atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses
difusi di paru akan terganggu
Semoga bermanfaat.
Ditulis Oleh : friend of the night ~ Bloger
Sobat sedang membaca artikel tentang OKSIGEN. Oleh Admin, Sobat diperbolehkan mengcopy paste dengan menggunakan Ctrl C dan menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya
No comments:
Post a Comment